Anggapan
Stadion Gajayana milik Persema adalah tidak benar. Stadion Gajayana
dibangun dengan dana puluhan ribu gulden pada masa pemerintahan Hindia
Belanda. Pembangunan Stadion Gajayana ini dirangkai dengan pembangunan
dua lapangan luar Stadion dan satu buah kolam renang berstandar nasional
yang dikenal dengan nama Swembat.
Awalnya
stadion Gajayana hanya berkapasitas sekitar 5000 penonton(kurang dari
separuhnya berada di tribun yang kita kenal sebagai tribun VIP sekarang
ini). Stadion Gajayana baru merasakan pemugaran hebat di tahun 1990-1992
seiring dengan penambahan kapasitas stadion menjadi 17.000 penonton.
Pemugaran
Stadion ini didanai oleh PT Putra Arema yang dikomandoi Ir Lucky Acub
Zaenal atau yang akrab disapa sebagai Sam Ikul. Dana pemugaran stadion
totalnya mencapai 3 Miliar rupiah dan hampir seluruhnya berasal dari
kantong pribadi Sam Ikul. Sam Ikul melego salah satu rumahnya di Jl
Besar Ijen seharga 2 Miliar rupiah sebagai salah satu sumber pendanaan
dari PT Putra Arema. Tak cukup dengan itu, kabarnya Sam Ikul melego
beberapa mobil pribadinya untuk membantu pemugaran stadion.
Pemugaran
dimulai seiring berakhirnya Galatama 1989/1990. Ratusan
pekerja(kabarnya mencapai lebih dari 200orang) dikerahkan setiap harinya
agar proyek bisa diselesaikan tepat waktu. Semakin lama proyek
diselesaikan akan mengakibatkan pembengkakan dana yang tidak perlu.
Apalagi dana 3 Miliar rupiah ketika itu sudah lebih dari cukup untuk
mendanai Arema selama 3-4 musim kompetisi.
Agar
selesai tepat waktu pemugaran stadion ini mendapat dukungan dari banyak
pihak baik moril maupun materiil. Nirwan D. Bakrie yang pernah
membangun Stadion Sanggraha Pelita Jaya di Lebak Bulus juga memberikan
bantuan bagi PT Putra Arema. tak tanggung-tanggung lewat Bakrie &
Brothers bantuan diberikan juga dalam bentuk tenaga teknis. Semata-mata
untuk memberikan bantuan teknis kepada Sam Ikul yang kurang memiliki
pengalaman dalam menangani proyek besar dan sebagai kontraktor
khususnya.
Seakan
menjawab do'a dan harapan dari Sam Ikul akhirnya stadion yang pernah
memiliki salah satu kualitas rumput terbaik seIndonesia di jaman Hindia
Belanda ini selesai lebih cepat dari waktu yang ditargetkan. Bayangan
buruk bahwa Arema bakal lebih lama memakai Stadion Brantas Batu bisa
dilenyapkan. Dengan adanya stadion yang baru dipugar dan kapasitas yang
lebih besar memungkinkan Arema memiliki pendapatan lebih dari sektor
tiket penonton.
Di
era Galatama selain sponsor dan donatur pendapatan dari tiket penonton
sangat diandalkan. Selepas Arema memakai Stadion Gajayana yang baru
dipugar harga tiket ketika itu sebesar 2000 rupiah untuk ekonomi dan
3500 rupiah untuk VIP. Dengan jumlah penonton mencapai lebih dari
150ribu orang untuk satu musim Galatama di tahun 1992/1993, Arema bisa
memperoleh pendapatan kotor lebih dari 300juta rupiah dalam satu musim
kompetisi.
Angka
tersebut cukup besar untuk memberi nafas sejenak kepada Arema selama
mengarungi kompetisi Galatama sekalipun tidak cukup untuk 'mbandani'
pengeluaran klub selama semusimnya.
Lewat
proyek pemugaran stadion Gajayana ini Arema mendapat kompensasi berupa
pengelolaan stadion selama 20 tahun(Sumber : Arema Never Die karangan
Abdul Muntholib). Katakanlah kerjasama itu dimulai dari tahun 1990 maka
semestinya Arema masih bebas memakai stadion tersebut hingga tahun 2010.
Namun
tidak sampai akhir kerjasama tersebut Arema terpaksa hengkang untuk
menggunakan Stadion Kanjuruhan sebagai homebasenya. Semestinya jika
memang kerjasama awalnya menyatakan demikian Arema bisa meraup
pendapatan signifikan dari Stadion Gajayana. Apalagi di tahun 2009
pendapatan APBD Malang dari Stadion Gajayana mencapai ratusan juta
rupiah dan dapat ditingkatkan menjadi 1-2 Miliar rupiah jika Arema dapat
mengelolanya secara penuh.
Meski
Arema sampai dengan saat ini masih memakai Stadion Gajayana untuk
latihan dan ujicoba, terakhir kali Arema merasakan berkompetisi di
Stadion ini adalah di tahun 2007 ketika melakoni Liga Champions Asia dan
Copa Indonesia. Untuk level sekelas liga Indonesia Arema terakhir
memakainya di awal tahun 2006 melawan PSMS Medan sebagai tuan rumah.
Banyak
memori indah yang diukir Arema di stadion ini. Arema meraih juara
Galatama di tahun 1992/1993 ketika memakai Stadion Gajayana sebagai
homebasenya. Itu adalah trophy pertama Arema yang diraih pada kejuaraan
resmi. Trophy berikutnya hadir ketika turut serta menjadikan Stadion
Gajayana sebagai homebase Arema di Copa Indonesia 2005 dan 2006.
Di
era kepemimpinan H. Soesamto sebagai walikota Malang, Stadion Gajayana
Malang juga mendapat 'sentuhan' pemugaran dengan penambahan lampu
stadion di tahun 1996-1997. Proyek ini memakan biaya 2 Miliar rupiah dan
baru selesai ketika Persema menjamu Persipura di tahun 1997. Tiang dan
lampu ini sampai sekarang masih digunakan di Stadion Gajayana.
Selepas
berakhirnya walikota H. Soesamto di tahun 1998 nyaris tidak ada proyek
lagi berkaitan dengan Stadion Gajayana. Di era kepemimpinan walikota
Suyitno, Arema dan Aremania beberapa kali melayangkan permintaan untuk
pemugaran Stadion untuk penambahan kapasitas penonton. Kapasitas tempat
duduk yang sebesar 17ribu tersebut tidak cukup menampung massa dan
seringkali penonton meluber hingga sentelban. Di sepanjang kompetisi
kondisi ini jamak terjadi ketika Arema bertanding. Untungnya PSSI tidak
memberikan sanksi ketika itu karena tiadanya peraturan yang mengatur
tentang luberan penonton didalam pertandingan.
Asa
sempat menyeruak tatkala walikota berikutnya, Drs. Peni Suparto
memberikan janji untuk memperbesar kapasitas stadion dimana kondisi
tribun ekonomi yang semula 10trap menjadi 14trap. Perbesaran kapasitas
ini memungkinkan Stadion memiliki daya tampung hingga lebih dari 22ribu
penonton.
Sayangnya
janji tersebut tidak dapat direalisasi dengan alasan sama dengan yang
sebelumnya, keterbatasan dana. Sampai adanya Mall Olympic Garden(MOG)
yang pembangunannya sepaket dengan pemugaran stadion Gajayana dan
penambahan kapasitas tribun hingga diatas 30ribu penonton.
Agaknya
peran swasta tidak dapat dilepaskan dari pembangunan Stadion Gajayana.
Tanpa peran Sam Ikul dan lainnya Stadion ini tidaklah semenarik seperti
yang sekarang kita saksikan. Ditunggu kiprah dan sumbangsih Persema dan
Ngalamania nantinya untuk melestarikan Stadion Gajayana ini.
sumber: wearemania.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar